Paskah, Cinta, dan Rahim – sebuah refleksi

Paskah, Cinta, dan Rahim – sebuah refleksi

Selama berabad-abad, konsep cinta manusia mengacu kepada cinta Tuhan yang penuh kasih dan pengorbanan.

Zaman berubah, modernitas memengaruhi pemikiran dan pengalaman kita akan cinta.

Cara kita mencintai hari ini tidak hanya patriarkis tapi juga kapitalis

Kita menjadi individu-individu yang egois, yang lupa bahwa ketika sudah berpasangan, kita tidak lagi sendiri…Relasi cinta menjadi pergulatan kekuasaan antara dua pihak yang katanya saling mencintai. Kita menjadi begitu konsumtif : berganti pasangan tentu lebih mudah daripada mempertahankan…

Selengkapnya akan dibahas dalam kelas Cinta @Hypatia.Indonesia

Peringatan kematian dan kebangkitan Yesus yang jatuh bertepatan dengan bulan Ramadhan, kiranya menjadi pengingat bahwa Tuhan, bagaimanapun cara kita menyembahNya, IA maha kasih dan maha penyayang. 

Ialah Ar Rahman dan Ar Rahim, yang menuntun kita kembali kepada cinta kasih yang tenteram dan damai seperti saat kita masih berenang-renang dalam Rahim ibunda. 

Sebab bukan pula suatu kebetulan bahwa seperti Yesus yang diyakini sebagai Tuhan oleh mereka yang percaya, lahir dari rahim seorang perempuan. 

Semua kepercayaan termasuk semua ketidakpercayaan adalah upaya manusia untuk menyatu dengan SATU dan SEGALA : Rahim, satu-satunya yang memenuhi segala kebutuhan janin di dalamnya.

Tetapi Yesus tidak pernah meminta perempuan untuk memikul salibNya. 

Perempuan korban kekerasan bukanlah sedang memikul salib Yesus. 

Sebaliknya Yesus mengajarkan kita untuk menelisik hati nurani untuk bisa melihat segala sesuatu dengan objektif, untuk berani bertindak melawan ketidakadilan, khususnya ketidakadilan yang dialami kelompok yang lemah posisinya dalam masyarakat; dalam hal ini kelompok perempuan termasuk di dalamnya. (Ya, laki-laki adil gender bukan utopia. Sebelum François Poullain de la Barre, sudah ada Nabi Isa).

Meski untuk itu, Ia harus mengorbankan nyawaNya. Tetapi pengorbanan Yesus bukanlah pengorbanan untuk kesia-kesiaan. Ia tidak asal merana karena cintanya kepada umat manusia. 

Pada hari kebangkitanNya pun, ia memilih perempuan untuk menjadi saksi pertama, untuk mengabarkan kabar baik itu bahwa Ia hidup, Ia tidak mati :

Sebuah peristiwa simbolik untuk memanggil perempuan keluar dari penindasannya, dari inferioritasnya, dan kepada laki-laki untuk memperlakukan perempuan dengan setara. Sebuah peristiwa simbolik untuk mengingatkan umat bahwa cinta kasih dan semangat keadilan kiranya selalu menyala dalam hati. 

Perempuan adalah Rasul dari segala Rasul.

Kelas RAHIM DAN PEMBEBASAN TUBUH PEREMPUAN perspektif psikoanalisis prancis tersedia dalam empat video berdurasi total kurang lebih 12 jam (dalam 4 video). Silakan hubungi akun Instagram Hypatia Indonesia. 

Ilustrasi : VINCENZO CAMPI, APPARITION DU CHRIST AUX TROIS MARIES, CA. 1577, HUILE SUR TOILE, 145 X 195 CM, BRESCIA, SCUOLA DE SANTA MARIA DELLA PACE

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.